Kutuang air panas 373 derajat Kelvin ke mug hijau gelap favoritku, dan dengan segera melarutkan kopi arabica asal Bajawa tanpa gula, perlahan sang kopi menunjukkan eksistensi ditengah siksaan air maha panas yang menerpanya. Aroma wangi kopi menyebar menyeruak ke seluruh ruangan kamar kontrakan 4 x4 m yang baru kutempati sebulan yang lalu. Aku masih di meja kopi, ketika tiba-tiba Arnold , tetangga kamar sebelah masuk ke kamarku tanpa ketuk pintu , apalagi mengucap salam...."Aduuhh...wanginya KOPIIII..!!!...kekuatan teriakan Arnold sekira 90 desibel....sambil berlari menghampiri ke meja kopi..."MAUU...MAUU..!!!..suaranya naik lagi jadi 95 desibel. "Ssssttt....Jangan berisik !!", bentakku ke Arnold. "Kenapa , Du ? Arnold menurunkan suarannya hingga 30 desibel saja. " "Ada yang sakit tah?", Sambil tengak tengok kanan kiri, wajah Arnold mulai panik, seperti merasa bersalah. " Jangan berisik, ada KOPI BUBUK ....bisikku. "Lho memang kenapa kopi bubuk? masak kopi batangan? Arnold bingung.....Aku tak bisa menahan senyum melihat Arnold yang kelihatan lugu kalau sedang bingung. "Oalah....KOPI lagi "BUBUK" tah? 😜😃 Jancuk kon...ngerjai aku yo.... Nah sudahlah, kalau logat Suroboyonya Arnold sudah keluar, pasti ruame seterusnya.
"Rokok, Du....Koncone ngopi....!, Arnold menawari Aku yang sebenarnya sedang program menghentikan kebiasaan merokok. Karena programnya baru dimulai kemarin, maka Aku masih belum kuat mental untuk menolak tawaran rokok gratis dari Arnold. Kami bergantian menghembus asap rokok sambil sesekali menyeruput sang kopi, sambil ngobrol ngalor ngidul, dari amsalah cewek sampai amsalah politik. Kopiku sudah habis setengah, sementara kopinya Arnold baru berkurang seperlimanya. Arnold memang paling awet kalau minum kopi, sampai kopinya dingin pun masih sisa setengah gelas. Kalau Aku justru menikmati kopi yang sedang memancarkan hawa panas yang menggelora, mengguyur dahaga lidah dan kerongkongan. Tapi kalau masalah merokok, Arnold terkenal paling boros, hisapan dan hembusannya lebih sering, dalam sekejap batang rokoknya tinggal setengah, sementara rokokku baru terbakar seperlimanya. "Nold, kamu gak sayang sih bakar-bakar uang begini utk beli rokok?" tanyaku klise seolah ingin menasehati sahabat sejatiku ini. " Timbangane tuku narkoba opo miras sih, Du...." Aku bersyukur canduku yo rokok iki wae..." kilah Arnold ringan. "Lho maksudku khan mbok ya coba stop, demi kesehatanmu......ditabunglah duitmu untuk beli sesuatu yang lebih bermanfaat....." Aku mulai menukil nasehat-nasehat dari Bapakku saat pertama kali memergoki aku sedang merokok di kamar mandi. "Aku sudah pernah coba berhenti, soale ngeri lihat iklan di TV tenggorokan iso bolong, paru-paru iso rusak, impotenlah....wis pokoe iklan rokok saiki nakut-nakutin lah..", Lha teruusss? Aku pura-pura penasaran.😀😁. Tapi seminggu stop roko-an malah BB-ku naik 3 kilo, nah coba...dadi gendats aku...... Soale nek keroso arep ngrokok, tak alihkan jajan , ya jajan cilok, pizza, martabak, donat, rujak, takoyaki.....Malah boros, rek...tetep ra iso nabung....
HA..HA..Ha........kali ini tawa Arnold mencapai 100 desibel.
Sstttt.........Jangan berisik, teriakku.... Arnold kaget lagi, yo opo ?
Ada KOPI BUBUK....😄😄😄😄😄😄
Mantap, bagus ceritanya. Menarik
BalasHapus