Konsep pengendalian sampah yang sudah lama dikenal adalah 3 R ( Reduce, Reuse, dan Recycle ) . Reduce artinya mengurangi potensi munculnya sampah, Misalnya meminimalkan kantong plastik saat belanja. Sudah banyak komunitas masyarakat yang fanatik membawa tas / kantong sendiri saat belanja, selain itu supermarket dan minimarket ternama sudah tidak lagi menyediakan plastik untuk kemasan barang belanjaan. Bermunculan juga kantong plastik yang bersifat biodegradable ( mudah terurai di tanah ) yang terbuat dari tepung tapioka.
Reuse artinya menggunakan kembali barang-barang yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan. Bermodalkan kreativitas kelas dewa dan dewi, bekas kemasan minuman bisa dijadikan pot bunga / tempat alas tulis. Kardus bekas bisa dijadikan souvenir. Kertas dan koran bekas bisa menjadi patung/boneka souvenir. Plastik sachet bekas kemasan bisa menjadi kerajinan tas.
Recycle artinya mendaur ulang sampah untuk diolah menjadi barang lain yang berguna. Botol ataupun gelas plastik bekas minuman kemasan bisa diolah kembali menjadi biji plastik yang kemudian bisa diubah menjadi produk keset kaki dan produk olahan lain dari plastik. Minyak jelantah bisa diolah kembali untuk bahan bakar pabrik tahu. Kardus bekas bisa diolah kembali untuk menjadi kardus kemasan yang baru. Plastik emberan bisa dilebur dan kemudian diolah kembali menjadi berbagai barang plastik yang berharga.
Jika prinsip 3R tersebut dijalankan oleh seluruh masyarakat, efek pengurangan sampah secara global akan sangat signifikan. Namun implementasi global juga perlu dukungan dari Pemerintah, baik Pusat maupun daerah.
Salah satu daerah yang mendukung prinsip recycle sampah domestik / rumah tangga adalah kota tempat tinggal Kami sekarang, yaitu Kota Depok. Dengan penerapan Program Bank Sampah, Kota Depok setidaknya mampu menyelamatkan 20% dari total sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Sehingga Depok sudah beberapa kali diganjar penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) atas kinerja yang baik dalam Pengurangan Sampah,
Konsep global pengurangan sampah Kami coba terapkan dalam skala lokal di komplek kecil kami di sudut timur kota Depok. Di komplek kami, program Bank Sampah sudah dijalankan sejak Oktober 2017 hingga saat tulisan ini dibuat, sudah lebih dari 4,5 tahun berhasil menyelamatkan sekitar 7 ton sampah dengan nilai 11.7 Juta Rupiah. Warga komplek mengumpulkan sampah layak daur ulang di suatu tempat, lalu sebulan sekali warga melakukan pemilahan dan penimbangan sampah.
Sampah disortir sesuai kelompok-nya, Kelompok sampah KERTAS terdiri dari sampah kardus, kertas putihan, kertas duplek bekas kemasan, koran bekas, Kelompok sampah PLASTIK terdiri dari sampah gelas plastik, botol plastik, emberan, plastik putih, dan plastik bekas kemasan. Kelompok sampah LOGAM terdiri dari sampah besi bekas, panci dan barang lain yang terbuat dari alumunium, kabel tembaga bekas, kaleng bekas kemasan makanan, dan seng bekas. Kelompok sampah KACA terdiri dari botol kaca bekas minuman atau bekas kecap. Selain 4 kelompok sampah di atas, Bank Sampah Kota Depok juga menerima sampah MIJEL ( Minyak Jelantah ), ban bekas, alat elektronik bekas, dan aki bekas. Setiap jenis sampah memiliki harga beli tertentu.
Setelah sampah dipilah dan disortir, kemudian ditimbang. Catatan hasil timbangan dikirimkan secara online kepada Team Bank Sampah Kota Depok. Sampah layak daur ulang tersebut akan dijemput oleh team Bank Sampah Kota Depok ( yang didukung oleh Pemkot Kota Depok) untuk kemudian dikumpulkan, disortir, dan diolah kembali di Pusat Pengumpulan Bank Sampah Kota Depok. Team Bank Sampah Pusat akan memberitahukan jadwal pengambilan uang hasil pengiriman bank sampah kepada kelompok bank sampah komplek kami.
Uang hasil Bank Sampah tersebut kami manfaatkan untuk membiaya pembelian beberapa inventaris komplek, seperti LCD Projector, Mesin Fogging, Kipas Angin, Tikar, dan lemari besi. Tapi yang paling penting, kami kelompok masyarakat komplek sudah ikut berkontribusi dalam upaya pengendalian sampah ini. Pelan namun pasti, program bank sampah ini juga menjadi materi edukasi lingkungan yang berharga untuk anak-anak di komplek kami, mereka belajar bahwa pengendalian sampah bisa dimulai dari hal yang kecil, dimulai dari diri sendiri, dan dimulai sedari sekarang. Mereka juga belajar bahwa memilah sampah yang layak daur ulang adalah pekerjaan mulia untuk menyelamatkan lingkungan. Perlahan mereka paham konsep think globally, act locally.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi. Terima kasih.
Artikel yang sangat menginspirasi. Terima kasih Pak Bro...
BalasHapusUntuk kegiatan Karang taruna cocok nih..
BalasHapus